Selamat Datang

Dalam banyak kisah yang dibuat para pembuat film, sering ada dua wajah yang menggambarkan Polisi, yaitu Polisi Baik dan Polisi buruk. Polisi baik adalah mereka yang digambarkan bisa tampil dalam perannya sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat. Polisi buruk adalah mereka yang digambarkan tampil dalam perilaku menakutkan, bersikap mentang-mentang dan mata duitan (Akhlis Suryapati, Wartawan/ Seniman). figur Polisi yang diinginkan tentunya adalah Polisi Baik, sosok Polisi yang selalu menjadi impian dan harapan oleh semua orang. Melalui blog ini ITWASDA POLDA KALIMANTAN SELATAN menyajikan kumpulan kisah humanis Kepolisian dari berbagai sumber yang bisa menjadi teladan bagi Kepolisian Sendiri maupun masyarakat.

Jadi Polisi itu Sesuatu

Polisi dipuji namun banyak pula ocehan-ocehan yg masuk kedalam institusi kami, mulai dari yg sedikit seram sampai yang sangat seram, caci maki, sumpah serapah, seakan kami tidak ada ada gunanya, dianggap sampah masyarakat.


Sudah santapan sehari-hari, tapi begitu ada kejadian dimasyarakat, mulai dari suami istri yang bertengkar, maling sepatu, maling ayam, lalu lintas macet, ada orang hilang, ada kakek-nenek lupa rumahnya, kami selalu dicari, mana polisi !!,

Bahkan kami terus disindir kalau hilang barang, kalau masih bisa diatasi jangan lapor polisi, karena ada pemeo, kalau melapor hilang kambing bisa bisa malah hilang sapi...

Kami tahu itu semua, namun kami hanya bisa mengelus dada.

Teman teman kami yang bertugas dilapangan, sebagai polisi lalu lintas selalu disindir dengan istilah prit jigo, damai itu Rp. 20.000,- bahwa polantas selalu menjebak pengendara yg salah masuk rambu-rambu larangan, menjebak rambu / marka garis lurus, pada saat kami mau melakukan tilang, selalu dirayu dengan mohon kebijaksanaan pak, bapak baik deh, kalau cewek bapak Ganteng deh, no hapenya berapa pak.

Kalau yang punya bekingan, mereka mengeluarkan katu nama, mengeluarkan kartu anggota Mitra Polisi, anggota ormas atau menelpon kerabat mereka yang kebetulan juga atasan kami, padahal kami sudah bertugas dari pagi buta, saat teman-teman kami yang lain instansi masih terlelap, kami sudah bersiap-siap dijalan,bahkan banyak belum sarapannya, kalau tejadi sesuatu, bisa bisa kami berdinas dijalanan sampai malam hari, menghirup debu jalanan dan gas buangan CO2, kepanasan dan kadang kehujanan.

Pada saat semua orang tersentak dengan bom yang diledakan teroris, kami dengan segenap kemampuan yang kami miliki, mengabaikan rasa takut terdalam kami sebagai manusia, berjudi dengan bom yang dipasang sekelompok orang yang dinamakan teroris, sejujurnya kami juga takut mati, tapi ini adalah tugas kami.

Pada saat belum terungkap mereka bilang intelijen kecolongan, komentar ini itu, tidak mampu, dsb. Namun pada saat bisa cepat menangkap malah dikatakan rekayasa Polisi, ciptaan Polisi, memelihara lahan Teroris dls..

Pada saat kita disentakan dengan maraknya peredaran narkoba, berapa banyak pula anggota kami yang menyamar menjadi bagian dari sindikat narkoba dan tidak sedikit mereka akhirnya menjadi pencandu juga. Berhari-hari, berbulan-bulan, meninggalkan keluarga untuk tugas, bergulat dengan dunia kegelapan untuk mengurai kejahatan sungguh mempertaruhkan nyawa.

Masyarakat tidak memahami bagaimana sulitnya bekerja seperti itu, jangan salahkan kemudian ada yang stres ada yang kalut, ada yang tidak kuat dalam menjalankan tugas. Beruntung Allah SWT masih mematri iman di dada kami.

Itulah sedikit keluh kesahku, karena kami bukanlah robot yg tanpa makan dan minum. Kami juga memiliki hati yang bisa tersakiti, kami juga memikirkan keluarga, anak dan masa depan.

Kami memang belum sempurna, namun terus berusaha memperbaiki diri, terus berupaya untuk melayani yg terbaik dan tekadku pengabdian yg terbaik..

Jangan kami di label, jangan kami di sama ratakan, krn di instansi kami dan instansi instansi yg lain jg sama sepertiku ada yg baik, dan pasti juga ada yg buruk serta tidak disiplin.

1 komentar: