Selamat Datang

Dalam banyak kisah yang dibuat para pembuat film, sering ada dua wajah yang menggambarkan Polisi, yaitu Polisi Baik dan Polisi buruk. Polisi baik adalah mereka yang digambarkan bisa tampil dalam perannya sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat. Polisi buruk adalah mereka yang digambarkan tampil dalam perilaku menakutkan, bersikap mentang-mentang dan mata duitan (Akhlis Suryapati, Wartawan/ Seniman). figur Polisi yang diinginkan tentunya adalah Polisi Baik, sosok Polisi yang selalu menjadi impian dan harapan oleh semua orang. Melalui blog ini ITWASDA POLDA KALIMANTAN SELATAN menyajikan kumpulan kisah humanis Kepolisian dari berbagai sumber yang bisa menjadi teladan bagi Kepolisian Sendiri maupun masyarakat.

Pilot Si Capung Besi


Murah senyum adalah kesan pertama yang tertangkap di awal perjumpaan dengan Fodha Anggara. Pilot capung besi berpangkat Iptu ini mempunyai dua sertifikat pilot yaitu pesawat tetap dan helicopter. Pria kelahiran April 1977 ini masih terhitung sebagai anggota Polisi Udara Mabes Polri. Ia tengah berada di Serambi Mekkah untuk menjalankan tugasnya selama dua bulan terhitung sejak bulan Mei 2009. Alumni pendidikan Perwira Polisi Sumber Sarjana (PPSS) tahun 2003 ini sudah dua kali pertugas di Polda NAD kira-kira setahun yang lalu ia juga bertugas di Serambi Mekah ini.

Selama bertugas sebagai pilot, sulung dari tiga bersaudara ini telah berkunjung ke banyak daerah kejadian menegangkan pernah ia alami pada saat harus menerbangkan helikopter dalam kondisi float (kaki helicopter) kurang pressure (tekanan) dari Gorontalo menuju Ternate melintasi lautan. Dalam penerbangan sipil, jika berada dalam kondisi seperti itu helikopter tidak diijinkan melakukan penerbangan. Karena float berfungsi untuk pendaratan darurat di air / laut. Dan jika float kurang tekanan kemudian helikopter berada dalam kondisi darurat pilot hanya memiliki waktu beberapa detik untuk menyelamatkan diri dari pesawat. Iptu Fodha berharap tidak menghadapi lagi kondisi yang cukup menaikkan hormon adrenalin.

Selama bertugas harus jauh dari keluarga? Hal itu sudah pasti. Dibalik senyuman yang menghias bibirnya ada hasrat yang besar untuk bertemu dengan anak dan istrinya yang tengah mengandung anak kedua mereka.
Demi tugas ia harus menunda rencananya untuk mengantarkan sang isteri memeriksakan kehamilannya hingga masa dinasnya berakhir nanti.

Pengalaman menarik dan tak terlupakan adalah setelah pernikahannya yang digelar pada tanggal 20 Desermber 2004. Tepat lima belas hari setelah pernikahnnya dilangsungkan, ia harus mengakhiri masa bulan madunya karena bencana tsunami di Serambi Mekkah. Kejadian itu mengharuskannya ke pangkalan udara di Pondok Cabe untuk memastikan agar barang-barang bantuan dapat terkirim ke tempat tujuan.

“Bagi saya menjadi pilot itu harus tanggap, cepat, tepat, serta rapi”, Ucapnya mengakhiri perbincangan.


SUMBER :
Reporter Ribut
Fotografer khairul, hasbi.
Majalah Machdum Sakti
Nomor 2 Tahun XII Juni 2009.

6 komentar: