Selamat Datang

Dalam banyak kisah yang dibuat para pembuat film, sering ada dua wajah yang menggambarkan Polisi, yaitu Polisi Baik dan Polisi buruk. Polisi baik adalah mereka yang digambarkan bisa tampil dalam perannya sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat. Polisi buruk adalah mereka yang digambarkan tampil dalam perilaku menakutkan, bersikap mentang-mentang dan mata duitan (Akhlis Suryapati, Wartawan/ Seniman). figur Polisi yang diinginkan tentunya adalah Polisi Baik, sosok Polisi yang selalu menjadi impian dan harapan oleh semua orang. Melalui blog ini ITWASDA POLDA KALIMANTAN SELATAN menyajikan kumpulan kisah humanis Kepolisian dari berbagai sumber yang bisa menjadi teladan bagi Kepolisian Sendiri maupun masyarakat.

Ditinggal Tugas, Meski akan Melahirkan


Sungguh anugerah tak ternilai didapatkan Ratih Wijaya, salah satu Bhayangkari Korbrimob Polri yang baru saja melahirkan anak kedua berjenis kelamin perempuan tanpa hambatan. Namun dibalik rasa bahagia, dirinya harus melahirkan tanpa didampingi oleh suami yang beberapa jam sebelumnya harus berangkat tugas dalam misi perdamaian PBB di Sudan.

Ditinggal dalam tugas sudah dialaminya sejak belum resmi menjadi isteri Brimob. Selama pacaran saja sudah sering ditinggal tugas ke Aceh, Poso bahkan mau nikahpun harus ditinggal tugas pengawalan selama berbulan-bulan. Itulah resiko isteri seorang anggota Brimob pasti sering ditinggal tugas. Hal ini sudah diketahui karena kebetulan ayahnya juga mantan anggota Brimob.

Ratih Wijaya SH, istri Briptu Mohamad Ramadan ini sudah mengetahui akan keberangkatan suaminya dalam penugasan FPU I pengganti sejak usia kandungannya enam bulan. Bahkan sebelum berangkat tugas untuk FPU I pengganti, suaminya sudah bergabung dalam FPU I bahkan sudah mengikuti pelatihan karena saat itu Ratih sedang hamil anak yang pertama maka suaminya hanya sebagai cadangan dan akhirnya tidak berangkat.

Sedangkan pada FPU I pengganti, kebetulan Ratih juga sedang hamil anak yang kedua. Karena merasa sudah hamil besar maka untuk sementara waktu dia ke mertua sehingga perlu banyak pengawasan. Namun karena pada FPU pengganti ini persiapannya cukup singkat termasuk waktu latihan pra ops, maka menjelang keberangkatan dirinya diminta suami pulang ke rumah agar dapat membantu mencarikan barang untuk keperluan yang dibawa tugas nanti.

Akhirnya dengan perut besarnya dia nekat pergi ke pasar untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan suaminya dengan naik ojeg dan tukang ojeg tersebut juga diminta bantuannya membawa barang-barang yang dibeli. Hal ini dilakukan karena suaminya pada saat itu masih sibuk dengan latihan.

Mengingat semangat suami untuk berangkat tugas, dirinya hanya berpesan kepada suami, “Kalau sudah niat berangkat agar anak isteri jangan dijadikan beban” tuturnya. Terus terang dirinya merelakan suaminya berangkat tugas FPU I pengganti meski sedang hamil besar karena dilihat dari sisi pengalaman tugas mungkin bisa membantu karier meskipun saat melepas suami pergi tugas sudah merasakan mulas hendak melahirkan.

Sebetulnya dengan keberangkatan ini dirinya juga sempat berpikir kalau ditinggal nantinya bagaimana?. Tapi oleh ibunya yang juga seorang isteri pasukan menasehati bahwa kalau pasukan itu hanya dari segi kariernya dia bisa maju,”Jadi apa yang membuat suami maju dalam berkarir harus didukung”, itulah pesannya.


SUMBER :
Majalah teratai
Edisi khusus – 14 Nopember 2009

Akting Ngibul Sarjana Maling


Ketangkap basah menggondol mobil orang, Sahuri berlagak tak waras. Aktingnya lumayanlah, Ngomong-nya melantur, meja penyidik pun ia gedor. Kursi ikut ditendang. Brak! Bruk! Polisi sempat kaget dibuatnya.

Kalau Pak Polisi emosional, mungkin ia sudah kena tinju. Sahuri, 30 tahun, digelandang ke Kepolsian Resor bojonegoro, Jawa Timur, sejak Kamis dua pekan silam. Lajang itu menjadi tersangka nyolong mobil Toyota avanza.

Menurut Polisi, sahuri merupakan anggota komplotan pencuri mobil di wilayah Bojonegoro yang masuk DPO (Daftar Pencarian Orang) Polisi. Nah, saat disidik, mendadak warga Sumberrejo, Bojonegoro, ini berakting bak orang gila. Mula-mula ia ngoceh tak karuan.

Pandangannya berlagak kosong. Ketika penyidik menanyakan materi pemeriksaan, jawaban Sahuri jauh melenceng. Ibaratnya, orang nanya A dijawab Z, gak nyambung.

“Kami Tanya bagaimana caranya mencuri (mobil), eh, dia menjawab, sawah saya mau panen, saya mau pulang,” tutur seorang penyidik. Meski sempat keheranan sekaligus kegelian, petugas tak percaya begitu saja.”Ah, dia pura-pura saja begitu,” celetuk penyidik yang lain.

Sahuri tak putus asa. Bukannya sadar dan malu, tetapi malah memperhebat aktingnya. Tiba-tiba saja tangan dan kakinya menghajar meja-kursi pemeriksaan. Keruan saja, ruang penyidik gaduh.”Gayanya seperti orang gila betulan,” penyidik tadi menambahkan.

Penyidik terhenti sesaat. Dua anggota Polisi berusaha menenangkan tersangka yang gila dadakan ini. Setelah kondisi tenang, pemeriksaan dilanjutkan. Identitas tersangka diperiksa lebih teliti.

Ternyata Sahuri memiliki SIM, KTP dan kartu ikatan alumni sebuah perguruan tinggi swasta di Jawa Timur. Polisi mencecar Sahuri soal kartu identitas tadi. “Kalau gila, mana kau punya kartu ini,” begitu ujar penyidik. Sahuripun terpojok. Berakhirlah akting sintingnya.

Kepada penyidik, Sahuri mengaku tindakannya itu ditirunya dari sikap pejabat yang mendadak sakit ketika menjalani pemeriksaan atas kasus korupsi. Biasanya, pemeriksaannya ditangguhkan, atau penahannya dibantar. Dengan berlagak gila, Sahuri berharap kasusnya bisa dibatalkan sekalian. Owalah.....!

SUMBER :
Majalah Gatra
Oleh Arif Sujatmiko

Langsung Dipromosikan


Pada jaman orde baru, seorang petinggi Polisi merekomendasikan anaknya, Heri, yang sudah lulus sarjana untuk menjadi anggota Polisi. Perwira yang menerima rekomendasi itu kelabakan, karena kualitas Heri ternyata setingkat anak TK. Si perwira pun lalu mengajukan pertanyaan ringan saja, “ Tahukah anda apa nama jabatan pimpinan Polisi di tingkat Kabupaten?” Heri kebingungan menjawabnya. “Jangan kuatir,” Kata si perwira dengan bijaksana, “Besok saja anda dating lagi ke sini dengan jawabannya, ya ….! Jangan lupa salam saya untuk Bapak”.

Malam harinya, ketika Heri sudah menemukan jawabannya, sang ayah menanyakan kabarnya, “Bagaimana ? sudah lulus jadi Polisi?”. “Bukan lulus lagi pak,“ jawab Heri,”Saat ini saya bahkan sedang dipersiapkan jadi seorang Kapolres.”


SUMBER :
Majalah Bhayangkara Polda Jatim
Edisi I Februari 2010